Peran Besar Jalur Rempah pada Masa Islam

jalur-rempah-pada-masa-islam

Jika kita telusuri sejarahnya, maka jalur rempah pada masa islam mempunyai dampak besar dalam penyebaran ajaran tersebut.

Dalam sejarah, jalur rempah pada masa islam dianggap mempunyai hubungan erat dengan penyebaran agama tersebut. Hal ini karena para pedagang hasil tanaman itu kebanyakan memang berasal dari timur tengah.

Mereka melakukan perjalanan jauh untuk melakukan aktivitas perdagangan, termasuk halnya rempah-rempah itu sendiri. Hal ini terlihat nyata di Asia Tenggara, dan tentu saja di nusantara.

Selain itu, perdagangan rempah yang terjadi di masa lalu juga menunjukkan betapa kayanya hasil rempah yang ada di antara kehidupan para muslim. Kemudian, kita juga bisa melihat bahwa hal ini juga menjadi semacam sarana dakwah.

Jalur Rempah pada Masa Islam untuk Dakwah

Jauh sebelum menggunakan nama Indonesia, tempat kita tinggal ini disebut pemuda hijrah dengan nusantara dan menjadi salah satu jalur rempah pada masa islam.

  1. Asal Pedagang Islam

Setelah pertumbuhan pesat islam di semenanjung Arab pada abad ketujuh, mulailah terjadi penyebaran islam dengan penggunaan jalur sutra lewat lautan.

Salah satu hal yang membuat para pedagang memilih nusantara menjadi satu wilayah yang mereka kunjungi adalah karena banyaknya rempah-rempah yang langka dan belum pernah mereka temui sebelumnya.

Para pedagang dari jazirah Arab dan sekitarnya tidak hanya melakukan pencarian rempah ke nusantara, tetapi misi mereka tidak hanya itu. Mereka menyampaikan nilai-nilai serta apa yang mereka percaya kepada penduduk lokal, dalam hal ini tentu saja berupa agama islam.

Aktivitas-aktivitas tersebut lambat laun melahirkan kerajaan-kerajaan berbasis islam, dan pada akhirnya nusantara ini dipenuhi dengan para muslim. Islam menjadi agama mayoritas di sana.

Jalur rempah pada masa islam tersebut membentuk jaringan-jaringan keislaman yang berkembang masif pada sekitar abad ke-13 serta 14.

Sebenarnya penyebaran ini dilaksanakan kebanyakan oleh para pedagang dari Gujarat serta Bengal. Baru setelah itu ada para pedagang dari berbagai penjuru Arab, Persia, seta Turki. Merekalah yang membangun jaringan perdagangan yang terdiri dari lokasi-lokasi di India, Timur Tengah, dan tentu saja Asia Tenggara termasuk Nusantara.

  1. Pertumbuhan Islam di Nusantara

Perkembangan agama islam karena jaringan perdagangan tersebut tentu saja tidak serta-merta. Perlu waktu yang perlahan sampai akhirnya menjadi sesuatu yang besar.

Dalam menyisipkan dakwah dan syiar dalam kegiatan aktivitas dagang, orang-orang ini juga melakukan asimilasi bahasa dan budaya agar mereka lebih bisa diterima oleh orang-orang lokal di tempat itu.

Tidak hanya itu, para pedagang ini juga melakukan pernikahan dengan wanita pada masyarakat setempat, sehingga itulah yang memperkuat asimilasi yang terjadi. Jejak-jejak masa lalu tersebut bisa kita lihat dengan banyaknya keturunan Arab-Indonesia yang berada di wilayah negara ini.

Lambat-laun keberadaan pedagang-pedagang muslim itu menjadi sesuatu yang tidak asing bagi masyarakat lokal, terutama yang ada di sekitar pelabuhan-pelabuhan nusantara. Penerimaan itulah yang membuat kebudayaan nusantara melebur dengan nilai-nilai serta ajaran islam yang diajarkan.

Salah satu yang menjadi tonggak penting dalam penyebaran islam bisa ditelusuri pada momen saat para raja di sumatra mulai memeluk islam, sehingga hal ini semakin membuat agama ini diterima oleh masyarakat. Hal ini bisa dilihat dalam prasasti-prasasti yang berisi waktu pada penanggalan Hijriyah saat para raja Sumatra mengadopsi agama islam pada abad ke-13 masehi.

Kesimpulan

Dari penjabaran di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa jalur rempah pada masa islam mempunyai peran yang sangat signifikan dalam penyebaran agama rahmatan lil ‘alamin ini. Para pedagang yang datang lewat laut tidak hanya menjalankan aktivitas jual beli dan mencari rempah-rempah, tetapi menyebarkan ajaran dan kepercayaan tersebut.

Back to Top